Menjadi Silent Member Di Dalam Sebuah Grup WhatsApp

Pukul 15.10 dari Laboratorium BNOJPH Gedung Associate Medical Science Faculty lantai 5, disaat kepala sudah mulai penuh rasanya dengan pekerjaan revisi manuskrip paper seharian ini, saatnya untuk turun minum dulu barang sesaat melepas penat dengan menulis coratan ringan dengan judul seperti di atas.

Apa sih yang dimaksud dengan silent member? Dan mengapa orang memilih untuk menjadi silent member di dalam grup WhatsApp (WA)? Akan saya bahas dalam tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi saya. Karena sumbernya adalah pengalaman pribadi, maka tidak ada jawaban benar atau salah karena ini semata-mata adalah pendapat pribadi saya. Jadi silakan saja kalau ada yang tidak setuju....he..he...

Silent member atau ada beberapa orang juga menyebutnya sebagai silent reader adalah seseorang yang pasif di dalam suatu platform online, seperti WA grup, Line grup, atau Telegram grup dan lain-lain. Sosok silent member ini antara ada dan tiada. Ada orangnya, tapi tiada kehadirannya. Paling muncul kalau benar-benar ada hal penting saja. Dan saya banget itu........he...he.....

Tak dimungkiri, grup WA ini biasa dibentuk karena alasan pekerjaan, kesamaan hobi atau kegiatan, atau grup alumni sekolah demi memudahkan komunikasi. Namun, grup WA ini tidak mengikat penggunanya. Anggota bebas memutuskan untuk keluar jika dirasa grup tidak sesuai lagi dengannya. Namun, seringkali hanya karena perasaan tak enak atau tak ingin dicap sombong, seseorang enggan keluar dari grup percakapan. Alih-alih keluar dari grup, mereka memilih untuk tetap bertahan di grup walau hanya jadi silent reader atau tukang menyimak obrolan tanpa terlibat memberikan 'suara.'

Jika tak sesuai lagi, mengapa orang masih bertahan dalam suatu grup WA?

Menurut seorang dosen Psikologi Cyber dan Sosial di Nottingham Trent University, Sarah Buglass mengatakan, kemungkinan mereka mengalami suatu tekanan 'fear of missing out' atau FOMO. Rasa takut ditinggalkan, dilupakan dan tidak tahu informasi yang beredar di kalangan teman-temannya. Saya pribadi mengamini alasan yang terakhir berkaitan dengan kemudahaan memperoleh informasi di dalam sebuah grup WA.

Bergabung di grup WA seperti pisau bermata dua. Ketika seorang berada dalam grup dapat menimbulkan rasa memiliki grup dan suatu dorongan positif bagi seseorang karena merasa dirinya berharga.

Namun, berada di dalam grup juga bisa menggoyahkan kepercayaan diri anggotanya, meningkatkan kecemasan sosial dan bahkan memicu kecanduan terhadap media sosial.

Buglass menjelaskan, bagi mereka yang meninggalkan grup kadang berkata 'Saya tidak ingin terlibat', tapi biasanya ini berbeda dari kenyataannya. Mereka masih tergabung di grup untuk mendapatkan link atau jaringan. Selain itu, mereka juga merasa nyaman berada dalam grup karena dapat melakukan social surveillance atau pengawasan sosial. Keluar dari grup, lanjutnya, artinya ia akan kehilangan informasi yang mungkin diperlukan untuk interaksi di waktu mendatang.

Dalam grup, selalu ada potensi untuk bergosip dan membicarakan orang lain di luar anggota grup. Masuk ke dalam grup artinya anggota menutup kemungkinan untuk jadi bahan gosip dan rumor.

Selain uraian di atas tadi, ada juga penyebab yang lain yang membuat saya memilih menjadi silent member atau silent reader atau malas ikut nimbrung di grup WA. Berdasarkan pengalaman saya ada 4 kebiasaan di grup WA yang tidak disadari itu menyebalkan sekali.

1. Semua hal diselamatin di dalam grup.
Di awal-awal masa grup, sempat ada masa di mana setiap pagi ada anggota grup yang menyapa "Selamat pagi", hanya karena merasa grup yang ia ikuti dianggap sepi.

Untungnya, sekarang kebiasaan itu mulai berkurang. Karena sekarang sudah ada kebiasaan lain yang sifatnya wajib/kudu/harus/tidak ikutan bakalan awkward.

Yaitu mengucapkan selamat ulang tahun.

Lalu, supaya kelihatan paling care atau paling up to date, teman kita tersebut akan berusaha untuk dulu-duluan mengucapkan selamat ke kita. Dan supaya kelihatan bahwa sudah mengucapkan selamat, ditulisnya di grup biar semua pada lihat.

Ini menjadi awal dari efek domino di mana kemudian semua anggota grup harus mengucapkan selamat juga ke kita.

Jadi kayak ada hukum sosial tak tertulis di mana kalau kamu tidak ikut mengucapkan selamat, maka kamu bukan teman yang baik deh.

Hal ini tidak berlaku pada ucapan selamat ulang tahun saja, tapi terhadap segala macam hal atau momen yang layak diucapkan. Hal ini tidak terbatas pada: Anniversary, berita duka cita, sakit, keluarganya ada yang sakit, anggota grup ada yang resign, anggota grup ada yang baru join, anggota grup ada yang masuk TV, dan lain sebagainya.

2. Gerakan copy paste
Tapi ada satu hal lagi yang lebih menyebalkan dari ucapan selamat. Yaitu ucapan selamat hasil dari copy paste!

Pernah tidak kamu mengucapkan selamat, tapi tulisan ucapannya sama persis dengan ucapan selamat dari anggota group sebelumnya?

Semua mungkin berkat fitur copy paste. Mungkin karena yang ulang tahun, nggak spesial-spesial amat (atau bahkan nggak kenal? Karena kebetulan diundang dalam satu grup yang sama) kita jadi bingung mau mengucapkan apa? Hasilnya, copy paste saja dari ucapan sebelumnya.

Cukup tambahkan angka di belakangnya dari postingan sebelumnya, contoh: "Selamat ulang tahun (2)". Atau bahkan tidak perlu repot-repot sama sekali, langsung copy paste saja bulat-bulat.

Mau apapun momennya, tetap saja hal ini dirasa menyebalkan. Karena ucapan spesial itu jadi terasa tidak spesial lagi, karena hasil nyontek dari postingan orang lain.

Walau tidak punya data konkrit yang faktual, tapi bisa dipastikan 90% postingan hasil copy paste itu akan dilewatkan (skip), dan tidak dibaca satu-satu.

Kalau begitu, kenapa juga kita musti mengucapkan selamat dari hasil contekan orang lain?

3. Kalau dimention atau ditag saat diucapkan selamat, harus respon

Masih ada kaitannya sama ucapan selamat di atas. Kalau ada orang yang mengucapkan selamat ke kita, apapun momennya, maka kita harus jawab ucapan tersebut.

Memang sih, ini sebenarnya bagian dari kode etik tak tertulis dalam bersosial. Di mana kita harus menjawab ucapan dan doa yang ditujukan ke kita.

Tapi kadang-kadang di dalam grup itu ada berbagai macam topik pembicaraan yang tak terarah. Sehingga kalau kita jarang online di WA, maka bisa saja ucapan selamat tersebut tenggelam di antara banyak postingan di dalam Grup.

Apalagi kalau ucapan selamatnya menggunakan gerakan copy paste seperti di atas. Maka kita harus lihat satu-satu, siapa saja yang mengucapkan doa ke kita.

Sebenarnya kita bisa saja menjawabnya dengan cara diplomatis yang ditujukan ke semua yang mengucapkan. Contoh: "Terima kasih semuanya yang telah mendoakan saya".

Namun ada kesan sosial kalau kita menjawab dengan cara itu seperti kita seolah-olah tidak punya waktu untuk menyempatkan diri berterima kasih ke masing-masing anggota (walaupun mungkin kita memang tidak punya waktu).

Apalagi kalau kita tidak merespon sama sekali. Maka kehadiran kita di grup tersebut akan menjadi pertanyaan.

4. Asal mengundang masuk ke dalam grup

WA memiliki fitur membuat grup yang sangat mudah dan cepat. Kita cukup memilih nama kontak yang ingin ditarik bergabung, atau membuat link undangan untuk disebar.

Sesimpel itu. Maka tanpa harus menunggu persetujuan dari orang yang ditarik, orang tersebut langsung masuk ke dalam Grup.

Akibatnya, banyak admin Grup WA yang menyalahgunakan kekuasaannya ini.

Pernah berteman di masa SD? Tunjuk, masukkan ke grup. Pernah nongkrong di minimart bareng? Tunjuk, masukkan ke grup. Pernah ketinggalan bis bareng? Tunjuk, masukkan ke grup. Pernah beli makan siang di kantin kampus dan sama-sama pakai baju warna merah? Tunjuk, masukkan ke grup.
Hasilnya? Bisa jadi kamu mendadak jadi anggota dalam banyak grup yang tak dikenal.

Sayangnya, sampai saat ini WA masih belum memberikan fitur di mana kita bisa menolak undangan masuk ke dalam grup seperti halnya pada BBM group pada jaman dulu.

Well, mungkin masih banyak alasan lain yang bikin kalian enggak betah di sebuah grup WA tapi apapun alasannya mohon tetap menjaga silaturahmi, sampaikan permohonan ijin kepada grup jika ingin left grup, jangan kabur begitu saja yang menyebabkan orang bertanya kenapa? Ada banyak alasan yang bisa kalian sampaikan, karena kalau kata orang jaman dulu datang tampak muka pulang tampak punggung ya kan?

Dan satu lagi, para silent member atau silent reader di dalam grup WA bukanlah orang-orang yang anti sosial. Mereka memilih menjadi silent member atau silent reader hanya karena tidak ingin terjebak di dalam "keramaian" grup WA yang terkadang pembicaraannya tidak jelas ke mana arahnya.

Comments

  1. Thank you for this very useful information. I learnded al lot in this webpage. Thank you very much.
    VISIT OUR WEBSITE : https://telkomuniversity.ac.id/ .

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts