Islam di Negeri Gajah Putih
Seperti telah kita ketahui bersama,
Thailand adalah negara yang sering dikenal sebagai tujuan wisata para
turis dari seluruh dunia. Bidang pertanian juga merupakan salah satu
andalan dari negeri ini. Hampir seluruh hasil pertanian dan perkebunan
yang berasal dari Thailand merupakan produk unggulan. Pariwisata dan
kulinernya juga sangat menarik untuk dikunjungi. Mulai dari wisata
pegunungan sampai dengan wisata pantai bahkan wisata belanjanya semua
lengkap tersedia di Thailand.
Secara umum, penduduk Thailand beragama
Budha. Menurut data kependudukan pada Tahun 2000, mayoritas warga Negara
Thailand beragama Budha (94,6%), kemudian Islam (4,6%), dan sisanya
adalah Kristen dan Katolik. Namun saat ini angka pemeluk agama Islam
dipercaya melebihi angka 10%, atau sekitar 7,4 juta dari 67 juta jiwa
penduduk Thailand. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan pemeluk agama
Islam di negeri ini terus meningkat
.
Gambaran Umum Kehidupan Islam.
Sebagian besar muslim di negeri ini
tinggal di Thailand bagian selatan, yang banyak berada di propinsi Yala,
Narattiwat, dan Pattani. Di ketiga propinsi inilah mayoritas
penduduknya adalah muslim Thailand, Yala (68.9%), Narattiwat (67.8%) dan
Pattani (80%). Secara budaya dan penampakan fisik, mereka lebih dekat
kepada masyarakat Melayu. Jika kita melihat sejarah yang telah berlalu,
wilayah-wilayah tersebut tadinya bukan merupakan bagian dari Thailand.
Namun sejak tahun 1808, Thailand menjajah wilayah tersebut dan
menjadikannya sebagai wilayah kekuasaannya. Tentu saja banyak
pertentangan yang terjadi karena Thailand merupakan negeri Budha yang
menganggap raja sebagai keturunan dewa. Sehingga banyak ritual syirik
yang bertentangan dengan Islam itu sendiri. Pemberontakan pun pernah
terjadi, dan hingga saat ini pun masih ada pertentangan-pertentangan
yang terjadi karena perbedaan prinsip tersebut.
Walaupun mayoritas muslim ada di bagian
selatan Thailand, namun bukan berarti di bagian lain Thailand tidak ada
muslim. Katakanlah Bangkok, ibukota Thailand. Di Bangkok, kita dengan
mudah dapat menemui masjid. Walaupun mayoritas muslim di Bangkok adalah
pendatang dari bagian selatan Thailand (secara fisik dapat dikenali
dengan mudah, karena berdarah melayu), namun cukup banyak juga muslim
yang berdarah Thailand asli (biasanya berkulit putih). Hal ini
menunjukkan dakwah Islam berjalan dengan baik di Bangkok.
Secara garis besar, masyarakat muslim
Thailand dibedakan menjadi dua, masyarakat muslim imigran (pendatang)
yang berlokasi di kota Bangkok dan Chiang Mai (Thailand tengah dan
utara) dan masyarakat muslim penduduk asli yang berada di Pattani, Yala,
dan Narattiwat (Thailand selatan). Di Propinsi Khon Kaen, tempat saya
tinggal saat ini, juga terbagi dua kelompok besar warga muslimnya. Yang
pertama adalah komunitas muslim pendatang dari Myanmar dan Bangladesh
dan kelompok kedua adalah komunitas muslim penduduk asli yang kebanyakan
berasal dari Thailand Selatan. Komunitas muslim pendatang umumnya
mereka memeluk agama Islam karena hubungan perkawinan.
Apabila kita mendatangi masjid-masjid di
Thailand, kita akan menyadari bahwa banyak kemiripan kehidupan muslim di
Thailand dan Indonesia. Mayoritas muslim di Thailand adalah bermazhab
Syafi’i. Setiap masjid pun biasanya memiliki kyai yang diagungkan di
situ.
Bagi yang ingin berkunjung ke Bangkok
jangan kuatir walaupun penduduknya mayoritas beragama Budha tetapi
masjid bisa dengan mudah kita temukan di Bangkok. Ada banyak masjid
utama di Bangkok yang kita kunjungi sebagai wisata religi. Tetapi pada
kesempatan yang pertama saya ingin menceritakan beberapa masjid lain
yang pernah saya singgahi ketika berkunjung ke Bangkok.
Yang pertama adalah masjid Masjid Darul
Aman. Berlokasi di Soi Phetchaburi 7, Pratunam, Distrik Ratchathewi.
Masjid Darul Aman hadir di tengah pemukiman muslim lengkap dengan tempat
makan halal dengan harga terjangkau.
![]() | ||||
Dokumen pribadi : Masjid Darul Aman |
Letaknya yang sangat dekat dengan kantor
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bangkok, membuat kawasan ini
menjadi salah satu spot favorit penduduk atau mahasiswa asal Indonesia
untuk sekedar nongkrong, ibadah, atau mencari makan. Sekitar 5 menit
jalan kaki dari BTS Ratchathewi Station (N1). Keluar di Exit 3, dari
stasiun BTS ini jalan menuju Phetchaburi Road, di perempatan menyeberang
jalan dan belok kiri menyusuri jalan ini sekitar 5 menit. Kemudian
belok kanan memasuki Soi Phetchaburi 7.
Masjid kedua yang pernah saya singgahi
adalah masjid di kawasan Khaosan Road. Yuppss…..Khaosan Road yang
terkenal bagi para turis backpacker itu. Ternyata, dibalik gemerlapnya
kawasan ini, sebuah Masjid berdiri kokoh, tersembunyi diantara bar dan
hotel yang menjamur di jalan Khaosan. Masjid bernama Chakrabongse ini
berada di Gang Trok Surao. Dari mulut gang akan terlihat papan kecil
yang dipasang sedikit rendah, untuk sekadar memberikan tanda.
![]() |
Dokumen pribadi : Masjid Chakrabongse |
![]() |
Dokumen pribadi : Jalan sempit menuju Masjid Chakrabongse |
![]() |
Dokumen pribadi : Suasana di dalam Masjid Chakrabongse |
Para penjual makan halal juga berjejer di
sepanjang jalan menuju Masjid. Meski terletak di gang sempit, bangunan
Masjid ini cukup luas. Suasana tenang yang kontras dengan hiruk pikuk di
jalan Khao San. Masjid Chakrabongse sudah berdiri sejak seratus tahun
lalu. Tercatat 300 warga muslim menetap di sekitar masjid. Karena
lokasinya yang tak jauh dari jalan Khao San, banyak turis Islam yang
menyempatkan sholat di Masjid ini. Sehingga Masjid akan ramai setiap
mendekati waktu sholat.
Masjid ketiga adalah di sekitar Kawasan Asiatique, yaitu Masjid Bang Uthit. Untuk para moslem traveler
dapat berjalan ke arah jalan raya, menyeberang, dan menuju sebuah
masjid bernama Bang Uthit. Masjid ini dibangun pada awal abad ke-20 oleh
umat muslim Thailand. Namun sekitar tahun 2015 lalu, masjid ini
direnovasi berkat bantuan Turkish Cooperation anda Coordination Agency
(TIKA). TIKA merupakan sebuah lembaga yang bertanggung jawab untuk
menerapkan kebijakan kerja sama pembangunan Turki di luar negeri.
![]() |
Dokumen pribadi : Suasana menjelang buka puasa di Masjid Bang Uthit |
![]() |
Dokumen pribadi : Suasana berbuka puasa di Masjid Bang Uthit |
Di sekitar masjid Bang Uthit ini terdapat sejumlah penjual makanan yang menjajakan makanan halal. Ada juga semacam food court
dengan beragam pilihan makanan dan minuman. Mulai dari makanan dan
minuman autentik Thailand, makanan Melayu, India, Timur Tengah, bahkan
makanan Indonesia. Harganya? Jangan ditanya, sangat terjangkau. Tinggal
pilih sesuai selera dan budget saja.
Selain ketiga masjid di atas yang pernah
saya singgahi masih banyak masjid-masjid besar lainnya di Bangkok yang
bisa kita jadikan alternatif sebagai wisata religi. Ton Son Mosque yang
terletak di 447 Thanon Arun Amarin, Khwaeng Wat Arun, Khet Bangkok Yai,
Krung Thep Maha Nakhon 10600, tepat tepat di belakang Candi Wat Arun
yang megah.
Kemudian ada Masjid Jawa. Dinamakan
Masjid Jawa karena berada di lingkungan warga keturunan Jawa yang
tinggal di kawasan Sathorn, Bangrak, Bangkok. “Kampung Jawa” ini
ditempati sekitar 500 kepala keluarga, dimana juga terdapat tanah
pemakaman Islam yang luasnya sekitar 2 hektar. Berlokasi di Soi Rome Nam
Khaeng 5, Sathorn, Bangrak, Bangkok Terletak sekitar 500 meter dari BTS
Surasak Station (S4). Dari stasiun BTS ini, keluar di Exit 4, dan jalan
kaki menuju Soi Sathon 15 (Soi Saint Louise 1). Anda tinggal mengikuti
jalan ini, jalan kaki sekitar 10 menit menuju masjid atau naik ojek.
Dukungan Kerajaan Thailand terhadap Islam
Meskipun Thailand merupakan negeri Budha,
namun kerajaan cukup mendukung kehidupan Islam para penduduknya.
Tanggung jawab urusan mengenai agama Islam di Thailand diemban oleh
seorang mufti yang mendapat gelar Syaikhul Islam (Chularajmontree).
Mufti ini berada di bawah kementerian dalam negeri dan juga kementerian
pendidikan dan bertanggung jawab kepada raja. Mufti bertugas untuk
mengatur kebijakan yang berkaitan dengan kehidupan muslim, seperti
penentuan awal dan akhir bulan hijriyah.
Mufti membawahi dewan propinsial Islam
yang beranggotakan 26 orang dari tiap propinsi. Dan dewan tersebut
membawahi sekitar 3494 masjid yang ada di Thailand. Pusat dari kegiatan
tersebut berada di Bangkok, yaitu Islamic Center yang terletak di daerah
Ramkhamhaeng. Selain itu, di setiap Universitas biasanya terdapat
Muslim Student Club. Biasanya kelompok tersebut mendapat tempat khusus
yang juga dapat digunakan untuk melaksanakan shalat.
Secara umum, masyarakat Thailand juga
sangat toleran terhadap muslim. Mereka cukup peduli dengan makanan yang
dapat kita makan, dan mereka juga sangat mudah memberi izin untuk
melakukan shalat. Namun karena Thailand merupakan Negara Budha, sehingga
hari besar kaum muslimin (Idul Fitri dan Idul Adha) tidak mereka
liburkan. Hal ini terkadang menjadi kendala bagi para mahasiswa muslim
yang ingin melaksanakan sholat Ied berjama’ah. Namun biasanya tiap
kampus memberikan keringanan untuk “membolos” pada waktu-waktu tersebut.
Makanan
Banyak orang mengira bahwa mencari
makanan halal di Thailand merupakan perkara sulit. Namun kenyataannya,
makanan halal merupakan hal yang mudah didapatkan di mana saja.
Katakanlah jika kita pergi ke kantin kampus. Biasanya di tiap kompleks
kantin ada satu kios makanan halal. Jika kita pergi ke pasar, biasanya
ada penjual daging halal yang disembelih secara syar’i. Jika kita ingin
makan di warung halal sekalipun, kita cukup mencari masjid yang
terdekat. Biasanya di dekat masjid ada perkampungan muslim dan juga
penjual makanan halal. Di mall-mall sekalipun biasanya kita dapat
menemukan rumah makan halal.
Namun salah satu hal yang membuat muslim
di Thailand merasa aman akan ketersediaan makanan halal adalah adanya
badan sertifikasi halal yang sangat kuat. Dengan mengakses www.halal.or.th
saja kita sudah dapat menemukan list produk dan restoran halal yang
ada di Thailand. Bahkan produk-produk kemasan yang ada di supermarket
pun sudah banyak yang bersertifikat halal yang dikeluarkan oleh badan
tersebut. Sehingga muslim di Thailand dapat dengan leluasa memilih mana
yang bisa dimakan dan tidak.
Salah satu orang yang berjasa di bidang
sertifikasi halal ini adalah Winai Dahlan, seorang Associate Professor
di Chulalongkorn University. Beliau merupakan cucu dari KH. Ahmad
Dahlan, Pendiri Muhammadiyah. Beliau saat ini adalah direktur dari Halal
Science Center (HSC) di Chulalongkorn University. Beliau sangat giat
melakukan promosi mengenai makanan halal ke seluruh dunia. Bahkan bisa
dikatakan kemajuan mengenai makanan halal di Thailand sudah selangkah
lebih maju dibandingkan Indonesia karena promosi gencar yang mereka
lakukan.
Menjadi seorang Muslim di Thailand
Paparan di atas menunjukkan berbagai
macam gambaran kehidupan muslim di Thailand. Namun secara umum, hidup
menjadi seorang muslim di Thailand penuh dengan perjuangan yang berat.
Seperti kita ketahui bahwa Thailand merupakan negeri yang bebas.
Mayoritas penduduknya menyukai kehidupan malam, pergaulan bebas, dan
minum minuman keras. Selain itu dentuman musik dapat kita temui di mana
saja. Para pemudi pun berpakaian sangat minim. Bagi seseorang yang
sedang lemah imannya, tentu saja serbuan kemaksiatan yang ada di
lingkungan merupakan tantangan yang berat.
Secara kepercayaan pun, kita dapat
menemui praktik syirik tersebar di mana-mana. Hampir di setiap rumah ada
kuil kecil di mana mereka meletakkan sesaji. Bahkan biasanya para
pedagang pun meletakkan sesaji itu di toko mereka. Pengagungan mereka
pada kerajaan pun sudah melampaui batas. Raja dianggap sebagai keturunan
dewa sehingga mereka menjadikannya sesembahan. Biksu pun mendapatkan
perlakuan yang sangat istimewa. Mereka akan memberikan apapun jika
bertemu biksu, hanya untuk mendapatkan berkat dari mereka. Tentu saja
praktik syirik yang bertebaran di seluruh bumi Thailand ini terus
bertentangan dengan hati kaum muslimin.
Karena itu, biasanya kaum muslimin di
Thailand hidup berkelompok supaya dapat saling menjaga. Di dekat masjid
biasanya ada perkampungan muslim. Selain itu, ada juga beberapa daerah
di Bangkok yang memiliki persentase penduduk muslim yang cukup besar.
Mereka berusaha membuat lingkungan yang baik supaya dapat hidup di luar
gelimang kemaksiatan tadi.
Terkadang kelompok-kelompok yang hidup di
beberapa daerah tersebut berkumpul karena kesamaan suku. Ada daerah di
Bangkok yang bernama Kampung Jawa. Di daerah tersebut, penduduknya
merupakan keturunan jawa yang sudah turun temurun tinggal di sana. Di
kampung tersebut terdapat Masjid Jawa. Selain itu ada juga Masjid
Indonesia. Ada cukup banyak warga keturunan yang berasal dari banyak
negara dan membentuk komunitas sendiri. Hal itu tidak lain adalah upaya
mereka untuk saling menjaga dari kehidupan budaya yang sangat berbeda
dengan nilai Islam. Biasanya mereka sudah lupa dengan bahasa dari negeri
mereka masing-masing. Seperti Winai Dahlan yang telah disebutkan
sebelumnya, juga tidak bisa berbicara Bahasa Indonesia sama sekali.
Comments
Post a Comment