ETIKA BERMEDIA SOSIAL MENURUT SUDUT PANDANG ISLAM

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan kajian singkat tentang “etika bermedia sosial menurut pandangan Islam”.

Kajian yang akan saya sampaikan ini dilatarbelakangi karena keprihatinan terkait dengan begitu mudahnya penyebaran berita atau informasi yang belum pasti kebenarannya, yang kita kenal dengan istilah berita hoax, melalui aplikasi media sosial seperti facebook, whatsapp, instagram, twitter dan lain-lain. Dan terkadang kita tidak sadar bahwa ternyata kita juga menjadi pelaku penyebar berita-berita bohong tersebut.

Hati-hati dengan informasi. Informasi bisa membuat hidup kita mudah, tapi bisa juga membuat hidup kita celaka. Ada orang yang masuk penjara gara-gara men-twit atau mem-posting status di media sosial. Tak jarang permusuhan antar kelompok gara-gara informasi yang mengadu domba. Berita, fakta, prasangka, gosip, fitnah bercampur aduk. Kalau kita tidak pandai memilah bisa membahayakan diri kita sendiri. Karena itu Rasullullah SAW bersabda :

 “Salamatul Insan fi hifdzil lisan”
“Keselamatan seseorang tergantung pada menjaga lisan”
Lisan di sini bukan hanya kata-kata yang keluar dari mulut kita, tetapi juga twit, status yang kita posting, informasi yang kita share, berita sms atau whatsapp yang kita broadcast.
Bagaimana seharusnya kita mengolah informasi ?
1. Tabayyun (konfirmasi).

Allah mengajarkan kita untuk selalu melakukan konfirmasi. Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ
فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik dengan suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (QS. Al-Hujurat [49] : 6)

Kadang kita menerima broadcast message tanpa pikir panjang kita mem-broadcast-nya kembali kepada seluruh kontak kita tanpa mengecek kebenarannya. Itukah sifat dasar kita, malas mengecek informasi. Karena itu suatu informasi dapat menyebar begitu cepat tak terbendung. Konon, ketika kabar baik baru menyebar beberapa kilometer, kabar buruk sudah melesat mengelilingi bola dunia. Ketika informasi sudah menyebar akan sulit membendungnya.

2. Zhan (prasangka).
Kadang isi informasi yang kita terima mengandung prasangka. Jika kabar itu benar maka itu adalah ghibah, tetapi jika kabar itu salah maka itu akan menjadi fitnah. Jadi sebenarnya tidak ada pilihan bagi kita. Maka dari itu sebaiknya kita jangan ikut-ikutan menyebarkannya. Allah berfirman :
وَمَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ ۖ وَإِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا
“Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran” (QS. An-Najm [53] : 28)

Dalam bahasa inggris, zhan atau prasangka diterjemahkan menjadi pre-judice. Pre-judice berasal dari kata “pre” yang artinya sebelum dan “judice” yang artinya menghukum. Jadi prasangka adalah menghukum orang sebelum kita mengetahui informasi yang lengkap.

3. Bicara yang baik atau diam.
Taqwa itu ibarat orang yang berjalan diantara duri-duri. Jadi kita harus selalu berhati-hati agar tidak terkena duri. Demikianlah sikap orang yang bertaqwa terhadap informasi. Tidak asal percaya dan berpikir 1000 kali sebelum menyebarkannya. Jika kita mudah menerima dan mengirim semua informasi yang kita lihat dan dengar, maka menurut Rasullullah SAW kita ini termasuk pendusta.

“Cukuplah seseorang itu dikatakan sebagai pendusta kalau dia menceritakan semua yang dia dengar” (HR Muslim)

Sebelum men-share sebuah berita, tanyakan kepada dirimu tentang beberapa hal berikut :
Apakah berita itu benar? Apakah kita sudah mengkonfirmasi kebenaran berita itu?
Apakah berita itu fakta atau prasangka?
Jika berita itu adalah fakta dan benar, apakah memang perlu disebarkan? Apakah ada orang yang merasa disakiti dengan berita ini?
Apakah berita itu memberikan kebaikan atau justru menyulut permusuhan?
Demikianlah materi singkat tentang etika bermedia sosial menurut Islam. Semoga dapat menjadi pengingat dan memberikan manfaat bagi kita semua.
Wasalamualaikum, warahmatullahi wabarakatuh.

Comments

Popular Posts